Menjaga lingkungan tetap hijau dan bersih adalah tanggung jawab kita bersama.
Banyak hal dapat dilakukan. Nggak usah mikir yang muluk-muluk, mulai dari yang sederhana saja.
Mulai dari rumah kita, mulai dari diri kita....

Minggu, 20 Juni 2010

Mendaur Ulang Sampah di Rumah

Kegiatan pertama mendaur ulang atau recycling adalah pemilahan sampah menurut jenisnya, sampah basah dan sampah kering. Yang dimaksud sampah basah adalah sampah organik yang berasal dari dapur (seperti kulit buah-buahan, sisa sayuran, dan sisa makanan) dan kebun (seperti sampah daun, potongan rumput, potongan tanaman hias, dsb.). Sedangkan yang disebut sampah kering adalah kertas bekas, sampah plastik, kaleng, botol kaca, dsb. Sampah basah dan sampah kering yang telah terpilah sebaiknya ditempatkan pada wadah yang berbeda untuk didaurulang. Daur ulang sampah di tingkat rumah tangga secara teknis mudah dilakukan karena caranya praktis, tidak ruwet, gampang, dan teknologi yang dipergunakan adalah teknologi tepat guna yang dapat dilakukan oleh siapapun dengan peralatan yang mudah didapatkan. Sampah basah atau sampah organik yang telah terpilah kemudian dikomposkan. Teknik pengkomposan sampah rumah tangga meliputi pengkomposan secara aerobik di dalam komposter (composter), pengkomposan secara anaerobik di dalam galian tanah tertutup, dan pengkomposan dengan cacing (vermicomposting). Pengkomposan secara aerobik adalah pengkomposan di dalam wadah terbuka yang memungkinkan udara masuk ke dalamnya. Hal itu dapat dilakukan di dalam komposter yang terbuat dari wadah-wadah bekas seperti ember, kotak kayu, atau drum bekas. Caranya, sampah organik sebelum dimasukan ke komposter dicacah terlebih dahulu. Cacahan sampah dimasukan ke dalam komposter setiap hari secara berlapis-lapis, bila perlu bersama-sama dengan campuran kapur, kotoran ternak dan tanah subur. Proses pengkomposan berlangsung selama lebih dari 3 bulan. Sementara itu, pengkomposan dengan cara anaerobik, tanpa udara, dilakukan di dalam galian tanah tertutup sehingga oksigen tidak bisa masuk. Proses pengkomposan cara ini lebih lama dari cara aerobik. Sedangkan pengkomposan dengan cacing atau vermicomposting menggunakan cacing sebagai mesin biologis pengurai sampah. Cacing dari jenis Lumbricus rubellus atau Peretima diternakkan di dalam media sampah selama satu bulan lebih sebelum kompos dapat dipanen. Kompos dari proses aerobik, anaerobik, atau vermicomposting yang dihasilkan di rumah kita dapat digunakan sendiri untuk pupuk tanaman hias, tanaman bunga, tanaman obat-obatan dan buah-buahan. Lain halnya dengan sampah dapur atau kebun, walaupun tergolong jenis organik, sampah kertas (kertas koran, HVS, folio, dsb.) lebih cocok dimanfaatkan sebagai bahan penyekat telor dan buah-buahan, dan art paper (kertas seni). Kertas seni dibuat melalui proses manual melalui cara dibuburkan terlebih dahulu kemudian dicampur dengan lem dan dilaburkan melalui screener sehingga terbentuk lembaran tipis. Setelah dikeringkan, dihasilkan lembaran-lembaran kertas artistik yang dapat digunakan sebagai pembungkus kado dan berbagai kerajinan seperti sampul buku, kartu ucapan, dsb. Jenis sampah kering seperti plastik, logam, dan gelas sebenarnya potensial untuk didaurulang, namun membutuhkan peralatan yang agak mahal serta pengerjaan yang lebih rumit sehingga lebih cocok dilakukan di skala yang lebih besar atau skala pabrik. Oleh karena itu sampah-sampah jenis ini dapat diserahkan kepada pemulung. Sedangkan residu sampah yang tidak dapat dikomposkan dan didaurulang seperti pampers, pembalut wanita, plastik pembungkus makanan ringan, dapat dibuang di tong sampah untuk dibawa ke tempat penampungan sampah sementara oleh petugas gerobak sampah, untuk kemudian diangkut dan dibuang di tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Demikianlah alur sikap dan tindakan peduli sampah di rumah. Apabila dihitung-hitung, jika sebuah keluarga melakukan kegiatan daur ulang pengkomposan saja, jumlah sampah yang dibuang akan tereduksi sampai lima puluh persen. Reduksi sampah akan semakin besar jika dibarengi dengan daur ulang kertas dan penerapan prinsip-pinsip reduce dan reuse seperti yang telah diungkapkan di atas. Selanjutnya, jika kegiatan ini diamalkan oleh setiap warga yang bermukim di perkotaan, maka problematika sampah akan sangat berkurang, transportasi sampah akan lebih efisien, dan umur TPA menjadi berlipat ganda. Rasanya, Hari Bumi dan Hari Lingkungan Hidup akan lebih bermakna bila kita peduli sampah.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Blog yang bagus..., sedikit bertanya. Kok proses kompos anaerobik lebih lama dari aerobik?. Terus, kok masa pengkomposan sampai 3 bulan... ini lama kali. Sedang di literatur lain, sering saya baca proses fermentasi dari limbah tanaman (seperti fermentasi jerami) untuk makanan ternak dengan bantuan EM4 hanya butuh waktu 2 mingguan.
Mohon penjelasannya ya... trims