Menjaga lingkungan tetap hijau dan bersih adalah tanggung jawab kita bersama.
Banyak hal dapat dilakukan. Nggak usah mikir yang muluk-muluk, mulai dari yang sederhana saja.
Mulai dari rumah kita, mulai dari diri kita....

Kamis, 23 Desember 2010

Yuk, Berlatih Memilah Sampah Mulai Sekarang....

Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah setiap orang diwajibkan memilah sampah yang dihasilkannya sebelum membuangnya di tempat sampah. Maksud dari kewajiban tersebut adalah untuk memudahkan penanganan sampah selanjutnya yaitu untuk mengolahannya menjadi produk-produk daur ulang. Namun kewajiban tersebut saat ini belum diikuti oleh sarana dan aktivitas yang mendukungnya. Ujung-ujungnya sampah akan bercampur lagi ketika diangkut.

Kondisi tersebut kadang-kadang menyulitkan kita untuk mengajak warga memilah sampah di rumah. Kata mereka: Ngapain milah sampah, kalo ujung-ujungnya juga sampah bercampur kembali. Padahal cepat atau lambat gerakan memilah sampah harus menjadi budaya di masyarakat kita. Kita mengetahui bahwa untuk membudayakan itu perlu waktu yang panjang: 5 tahun, atau 10 tahun atau bahkan 50 tahun!

Tengoklah negara tetangga kita, Singapura yang saat ini hijau dan bersih. Untuk membudayakan membuang sampah pada tempatnya saja di sana sudah dimulai sejak saya lahir: 1969. Tak pelak sekarang negara tersebut sangat bersih. Namun apakah sejatinya budaya membuang sampah pada tempatnya sudah mendarah daging?

Rabu, 22 Desember 2010

Ibu-ibu Tegar di Dunia Persampahan

Hari ini (22/12) adalah hari istimewa bagi Ibu. Menurut definisi, Ibu adalah perempuan yang mengandung, melahirkan, membesarkan dan mendidik anak-anaknya menjadi anak baik. Ibu dalam arti luas juga bermakna sama, sesuatu yang mencurahkan rasa cintanya pada ‘anak-anak’-nya.

Tanpa Ibu, dunia pasti akan sepi. Tidak ada jiwa yang memberi semangat dan kehangatan. Demikian pula pada dunia pengelolaan sampah berbasis masyarakat, tanpa peran Ibu, itu omong kosong belaka...

Basis pengelolaan sampah di masyarakat adalah Ibu. Mereka jugalah yang jadi motivator dan tokoh kuncinya. Mau bukti? Mungkin Anda kenal Ibu Bambang Wahono (dari Banjarsari – Jakarta Selatan) atau Ibu Ninik Nuryanto (dari Rawajati-Jakarta Selatan) atau Ibu Moerniati Djamaludin (dari Lebakbulus-Jakarta Selatan) atau Ibu Bebassari (dari BPPT)?

Saya beruntung mengenal mereka dari dekat. Saya banyak bimbingan dari mereka. Mereka adalah Ibu bagi saya. Saya banyak belajar dari mereka.

Ibu Bambang Wahono adalah seorang Ibu yang pertama kali, di Indonesia, membuktikan bahwa pengelolaan sampah di tingkat RT/RW dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Diusianya yang sepuh (70 tahun), Ibu Bambang mengabdikan dirinya dengan memberi teladan dan tak bosan-bosannya memotivasi para tetangga di sekitarnya untuk melakukan gerakan 3R dan penghijauan lingkungan. Pahit getir mengajak masyarakat mengelola sampah beliau rasakan. Akhirnya, usaha kerasnya berhasil mengubah kampung yang tadinya gersang menjadi kampung yang bersih dan hijau. Ibu Bambang berhasil membawa Kampung Banjarsari menjadi contoh bagi tempat-tempat lainnya di Indonesia...

Selasa, 14 Desember 2010

Kompos Pak Rumpeday

Mengomposkan sampah adalah bukan hal yang baru bagi pak Rumpeday. Akan tetapi mengomposkan sampah dengan sentuhan teknologi tepat guna adalah hal yang baru baginya. Dalam mengomposkan sampah, sebelumnya Pak Rumpeday hanya menimbun sampah organik sekedarnya di sekitar tanaman pinang yang dipelihara. Kini Pak Rumpeday sudah ahli dalam mengomposkan sampahnya secara cepat dalam komposter yang dibuatnya sendiri dari tong bekas.

Pak Rumpeday adalah pensiunan pegawai PT Freeport Indonesia (PTFI) yang saat ini tinggal di Kota Kuala Kencana, Timika – Papua. Beberapa bulan yang lalu dia mengikuti pelatihan daur ulang sampah yang diadakan oleh Divisi Lingkungan PTFI yang bekerjasama dengan BPPT. Melalui pengetahuan yang didapatnya, dia langsung mempraktekannya di rumah.

Pak Rumpeday bangga bisa mengomposkan sampah dapur dan kebunnya secara cepat tanpa bantuan bahan kimia atau starter yang harganya mahal. Starter yang digunakannya cukup menggunakan kompos atau pupuk kandang saja. Prosesnya juga bebas bau. Selanjutnya kompos-kompos yang diproduksinya sebagian dapat menjadi starter kembali di dalam komposter aerobik yang disain awalnya dari BPPT.

Pak Rumpeday bercita-cita mengembangkan usahanya menjadi kegiatan yang dapat menjadi tambahan penghasilan keluarga di Timika. Semoga pihak-pihak terkait mendukungnya, ya Pak...

Pameran Daur Ulang Sampah KODARLING

Pada tanggal 14 Desember 2010, para kader lingkungan yang tergabung dalam “Kodarling” Perumahan Puspiptek Serpong, memamerkan barbagai jenis produk daur ulang sampah rumah tangga di Graha Widya Bakti Puspiptek Serpong dalam acara Hari Ulang Tahun PWP LIPI. Dalam acara tersebut juga ada talkshow bersama pakar finansial Ahmad Gozali dan demo masak bersama Rudy Choirudin.

Kodarling adalah sebuah kelompok peduli lingkungan  yang dibentuk oleh para kader lingkungan yang bermukim di RW 06 Perumahan Puspiptek Serpong yang dibina oleh Pusat Teknologi Lingkungan - BPPT. Kodarling yang beranggotakan lebih dari 80 kader memamerkan hasil kerajinan berbahan baku sampah dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa setiap warga dapat mengurangi sampah dan mengolahnya menjadi produk-produk yang berguna dengan cara yang sederhana.

Produk-produk daur ulang sampah yang dipamerkan adalah kompos berbahan baku sampah rumah dapur; kerajinan kertas berpilin menjadi vas bunga, tempat tisue dan tempat pensil, kerajinan plastik kemasan menjadi tas, sendal, dan dompet; kerajinan kain perca menjadi kipas, taplak, sarung bantal; kerajinan dari kantung plastik menjadi berbagai hiasan bunga; kerajinan wadah plastik menjadi tirai; dan sebagainya.

Saat ini Kodarling masih terus mengembangkan kegiatannya dan bercita-cita menjadi contoh pengembangan  pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Hal tersebut dapat menjadi solusi permasalahan persampahan yang saat ini dihadapi oleh Kabupaten Tangerang Selatan.