Menjaga lingkungan tetap hijau dan bersih adalah tanggung jawab kita bersama.
Banyak hal dapat dilakukan. Nggak usah mikir yang muluk-muluk, mulai dari yang sederhana saja.
Mulai dari rumah kita, mulai dari diri kita....

Senin, 28 Februari 2011

Komposting Tanpa Bau, Mungkinkah?

Seperti yang telah saya tulis sebelumnya, pada Selasa (17/02) yang lalu, kami menerima tamu dari Kelurahan Lubang Buaya (Jakarta Timur) di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Rawasari, Jakarta Pusat. Salah satu yang mendorong mereka untuk datang ke TPST Rawasari karena mendengar kabar tentang teknik komposting yang tidak timbul bau. Soalnya, selama ini, komposting yang mereka praktekkan menghadapi masalah timbulnya bau busuk yang menyengat.

Ceritanya, mereka telah melakukan kegiatan pengolahan sampah dengan teknik komposting dalam rangka efisiensi pengangkutan sampah ke TPA dan memproduksi pupuk organik kompos. Dari kegiatan tersebut memang telah berhasil mengurangi ongkos transportasi pembuangan sampah, namun darinya timbul masalah bau yang tidak tertangani. Saat ini mereka menggunakan cairan mikroba untuk menekan bau busuk.

Selasa, 22 Februari 2011

Komposting Tanpa Mesin, Mungkinkah?

Hari Selasa (17/02) yang lalu, saya bersama Ibu Sri Bebassari dari INSWA (Indonesia Solid Waste Association) menerima rombongan tamu dari Kelurahan Lubang Buaya (Jakarta Timur) di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Rawasari, Jakarta Pusat. Rombongan terdiri atas para pemuda dari KNPI dan pengelola komposting skala kawasan di Lubang Buaya.

Mereka terdorong untuk datang ke TPST Rawasari karena mendengar kabar dari salah satu tokoh setempat, bahwa di Rawasari ada teknik komposting yang dilakukan tanpa mesin dan anehnya tidak timbul bau. Mereka ingin tahu, jangan-jangan ada rahasia khusus.

Selasa, 15 Februari 2011

Kualitas Kompos dan POG dari Sampah Kota Memenuhi SNI Kompos dan Standar Permentan No. 28 Tahun 2009

Kompos dan POG berbahan baku sampah kota yang dihasilkan dari Pilot Plant Pabrik POG Jagaraga - Buleleng berkualitas baik. Hal ini tercermin dari parameter bau seperti tanah, berwarna coklat kehitaman dan struktur yang sudah hancur. Begitu juga kualitas fisik dari POG yang berbentuk butiran yang relatif seragam dengan diameter sekitar 2-5 mm.

Kandungan C-organik pada kompos (29,92 %) dan POG (26,03%) telah memenuhi standar Permentan No. 28 tahun 2009 yaitu >12 %. Kandungan C organik merupakan unsur penting bagi pupuk organik karena tujuannya untuk meningkatkan kandungan C-organik tanah yang pada umumnya sudah sangat rendah yaitu di bawah 2 %.

Standar kandungan C  menurut SNI kompos adalah 9,8-32 %, sehingga kandungan C dari kompos ataupun POG yang diteliti berada pada level C yang tinggi. Tingginya kandungan nilai C-organik mengindikasikan pula tingginya kandungan bahan organik, yang mengindikasikan bahan  yang tidak diinginkan (impurities) rendah, atau dengan kata lain kemurnian dari kompos atau POG yang dihasilkan cukup tinggi.

Pilot Plant Pabrik POG Berbahan Baku Sampah di Kabupaten Buleleng

Untuk diversifikasi produk kompos seperti yang dikehendaki petani di Bali bagian Utara, Pemkab Buleleng bekerjasama dengan Pusat Teknologi Lingkungan, pada tahun 2009 telah membangun Pilot Plant Pabrik POG (pupuk Organik Granul) di Buleleng.
Pilot Plant tersebut terletak di lahan bekas TPA di Jagaraga, sekitar 10 kilometer dari Kota Singaraja. Luas bangunan plant tersebut sekitar 300 m2, terletak di atas lahan seluas 1000 m2.
Di dalam plant POG telah terpasang peralatan-peralatan seperti: conveyor pemilahan, mesin pencacah sampah, mesin rotary screen, yang pengadaannya melalui anggaran APBD dan bantuan Kementerian PU. Kemudian, Pusat Teknologi Lingkungan BPPT dengan anggaran dari Kementerian Ristek menambahkan satu unit pan granulator bertenaga diesel.

Di Perkotaan, Bahan Baku POG Berlimpah!

Saat ini, bahan baku utama yang digunakan para produsen POG adalah kotoran hewan (kohe). Penggunaan bahan tersebut dilatar belakangi oleh kebiasaan petani yang selama ini  telah menggunakan kotoran hewan sebagai pupuk kandang dan dianggap sebagai pupuk yang baik untuk meningkatkan hasil produksi pertaniannya. Pada sisi lain, kotoran hewan kaya akan mikroba dan bentuknya sudah hancur sehingga mudah untuk didekomposisi. Dengan demikian proses pengomposan kotoran hewan akan lebih cepat dibandingkan dengan bahan organik yang lain.

Mengingat tingginya kebutuhan pupuk organik, selain terbatasnya bahan baku kotoran hewan, maka seharusnya bahan baku pupuk organik kompos atau POG  bisa memanfaatkan semua potensi  bahan organik yang ada, termasuk sampah kota. Penggunaan sampah kota sebagai bahan baku POG, akan membantu meringankan upaya pengelolaan sampah kota.

Selasa, 01 Februari 2011

Mengenal Pupuk Organik

Tahukah Anda apa itu pupuk organik? Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman atau kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya dengan bahan mineral alami atau mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bahan organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Berbagai istilah atau nama dari pupuk organik kita kenal. Namun secara umum, pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos. Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, yang biasanya didiamkan terlebih dahulu dengan cara ditumpuk selama 1,5-2 bulan, sebelum digunakan sebagai pupuk pada tanaman.

Kebutuhan POG Nasional

Pupuk organik granul (POG) merupakan pupuk organik yang diproses lebih lanjut sehingga menjadi berbentuk butiran atau granul. POG diproduksi dengan tujuan untuk memudahkan para petani pada saat menggunakannya, efisiensi aplikasi, dan menyesuaikan diri pada kebiasaan petani menggunakan pupuk kimia (anorganik) berbentuk granul.

Saat ini, POG banyak diproduksi dalam rangka memenuhi kebutuhan atau permintaan dari Kementerian Pertanian.

Umumnya POG yang diproduksi merupakan POG yang diperkaya dengan mikroba fungsional, yang pada dasarnya terdiri dari dua kelompok mikroba, yaitu mikroba penambat N (Nitrogen) dan pelarut P (Phosfat).

Pabrik POG perlu Terintegrasi dengan Plant Pengomposan yang Berkualitas

Untuk membuat POG yang berkualitas, seharusnya menggunakan kompos yang berkualitas, yaitu kompos yang dihasilkan dari proses dekomposisi materi organik secara aerobik dan termophilic yang terkendali. Untuk itu, sebaiknya plant POG dilengkapi juga dengan unit/plant pengomposan yang memenuhi kriteria untuk proses pengomposan yang baik, karena sekaligus berfungsi sebagai kontrol mutu dari produk kompos yang dihasilkan, yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku POG. Baik tidaknya kualitas POG, sangat tergantung dari kualitas kompos atau pupuk organik yang dijadikan sebagai bahan baku POG.

Kondisi Umum Pabrik POG di Jawa

Luas pabrik POG di Pulau Jawa sangat bervariasi, mulai dari 100 m2 sampai 8.000 m2 dengan kemampuan kapasitas produksi juga bervariasi, mulai dari kapasitas 8 ton sampai 100 ton POG per hari. pabrik POG yang ada, semuanya dilengkapi dengan gudang yang berfungsi untuk menyimpan peralatan, bahan baku dan produk POG.

Sebagian besar (58 %) dari pabrik POG memiliki fasilitas kantor yang dilengkapi dengan sarana pendukungnya seperti telpon, fax dan komputer. Sisanya, yaitu 25 % memiliki kantor yang tidak dilengkapi dengan sarana pendukung dan 17 %  tidak memiliki kantor.

Pabrik POG Perlu Suplai bahan Baku yang Berkualitas

Pada umumnya bahan baku POG terdiri dari dua bagian, yaitu bahan baku utama dan bahan baku tambahan atau pengisi yang biasa disebut dengan filler. Disebut bahan baku utama karena jumlahnya yang mendominasi dari keseluruhan bahan baku yaitu berkisar 80-90 %. Sedangkan filler yang umumnya terdiri dari dolomit, fosfat alam, kapur dan zeolit, jumlahnya hanya berkisar 10-20 %.

Para produsen POG di Jawa, umumnya menggunakan bahan baku utama yang memiliki sifat sudah lapuk, halus dan kering, yang biasanya dipasok oleh perusahaan lain (mitra perusahaan). Dengan bahan baku yang seperti itu, maka produsen POG umumnya tidak melakukan proses pengomposan lagi dan langsung menggunakannya menjadi POG, dengan terlebih dahulu menambahkan dengan filler yang disukai.

Bahan-bahan tersebut adalah : kotoran hewan (terutama sapi dan ayam), blotong (limbah pabrik gula), jerami bekas media budidaya jamur, cocopeat, limbah industri coklat, limbah pabrik penyedap masakan, limbah daun tembakau dan lain-lain.