Beberapa produk kimia, seperti pestisida pembunuh serangga, yang masuk secara oral ke dalam tubuh, secara langsung dapat mengakibatkan ajal seketika sehingga tidak heran jika produk-produk tertentu sering disalahgunakan untuk bunuh diri. Di AS, pada tahun 1997, kasus bunuh diri dengan menenggak cairan pestisida mencapai korban 42 jiwa. Pestisida telah terbukti menyebabkan banyak penyakit seperti sakit kepala, mual-mual, kesensitifan terhadap zat kimia, problema pernafasan, kerusakan genetik, kecacatan lahiriah, polusi lingkungan, polusi air, dan kanker.
Sedangkan produk-produk kimia yang mengeluarkan uap atau gas juga kadang-kadang disalahgunakan untuk fly atau dikenal dengan istilah ngelem yaitu memabukkan diri dengan menghirup gas hidrokarbon atau fluorokarbon, yang biasa dikandung oleh lem merek tertentu. Di AS, korban jiwa akibat ngelem tercatat mencapai 48 jiwa pada tahun 1997. Di Indonesia, jumlah korban kematian akibat ngelem tidak terdata tetapi mungkin jumlah korbannya lebih banyak dari AS karena sering terlihat anak-anak muda jalanan memakainya ketika uang dikoceknya tidak cukup untuk membeli narkoba.
Di rumah, selain lem, terdapat produk-produk lain yang berefek sama ketika terhirup terus-menmerus yaitu cairan tip-ex, gas pendingin AC, cairan spidol, cat semprot, pengharum ruangan, penghilang cat kuku, dan pembersih tape head. Efek kronis dari menghisap gas hidrokarbon atau fluorokarbon antara lain adalah sindrom kematian mendadak, tenggorokan terasa tercekik, dan kerusakan pada hati, paru-paru, syaraf otak, ginjal, atau sumsum tulang belakang.
Fakta membuktikan bahwa produk-produk kimia yang mengeluarkan gas atau uap memperburuk kualitas udara di rumah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization tahun 1984, hampir 30 persen dari tempat tinggal di seluruh dunia kualitas udaranya buruk. Bahkan disinyalir polusi udara di dalam rumah 25 kali (kadang kadang 100 kali) lebih tinggi dari polusi udara di sekitar kawasan industri, akibat lepasnya senyawa-senyawa kimia dari obat anti nyamuk, pengharum ruangan, cat, larutan dry cleaning, pestisida, particle board, dan gas elpiji ke udara (US EPA, 1993). Polusi tersebut menurut artikel "Indoor Air Pollution in Massachusetts" tahun 1989, merupakan penyebab dari 50 persen penyakit yang diderita penduduk Amerika Serikat.
Sebagai contoh, racun yang terdapat pada obat anti nyamuk dan pengharum ruangan dapat menyebar ke segala penjuru dan menempel di mana-mana. Beberapa merek obat anti nyamuk mengandung bahan aktif antara lain dichlorovynil dimethyl phosfat (DDVP), propoxur (karbamat) dan diethyltoluamide yang sejak puluhan tahun lalu telah dilarang penggunaannya di dunia karena diduga kuat sebagai zat karsinogenik. Sementara itu sebagian produk-produk pengharum ruangan, menurut The National Academy of Sciences, AS (1986) kebanyakan bekerja dengan mengganggu daya cium dengan cara melapisi saluran hidung dengan selaput minyak yang mengandung racun.
Penggunaan produk beraerosol, biasanya berupa produk semprot, menurut penelitian Children of the 90s pada Universitas Bristol, menyebabkan tingginya volatile organic compounds (VOCs) di rumah. Penggunakan aerosol sehari-hari seperti semir, deodorant dan hairspray dapat meningkatnya resiko diare hingga 30 persen pada bayi, sakit kepala 10 persen dan 16 persen depresi pada ibu.
Polusi udara di rumah akan semakin meningkat apabila di dalam rumah lantainya berlapis karpet karena karpet merupakan reservoar debu terbesar di rumah yang dapat mengandung timbal, polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH), pestisida, dan polychlorinated bi-phenols (PCB) yang berasal dari abu dan asap rokok atau aktivitas masak, bahan pembunuh nyamuk, semut dan kecoa, dan pestisida tanaman. Kandungan debu karpet demikian besar sehingga menurut Robert Lewis, pakar di US Environmental Protection Agency, untuk kebersihannya, karpet mesti dibersihkan 25 kali dalam seminggu!
Polusi-polusi tersebut di atas mempengaruhi seluruh penghuni rumah dengan resiko tertinggi pada anak-anak, orang lanjut usia, ibu hamil dan bayinya. Anak-anak memiliki resiko terekspos ‘debu beracun’ di rumah lima kali lipat orang dewasa berdasarkan bobot tubuhnya. Anak-anak juga rentan karena sistem imunisasi tubuh mereka belum berkembang secara penuh sampai usia enam tahun, dan ginjal mereka belum mampu memproses racun sebaik ginjal orang dewasa. Ibu yang mengandung harus menghidupi dua jiwa, yang menyebabkan ia lebih peka terhadap penyakit; sedangkan bayi yang dikandungnya sedang dalam tahap perkembangan. Orang tua, pada sebaliknya, mengalami penurunan sistem imunisasi tubuh, yang menyebabkan mereka lebih peka terhadap polusi dibanding orang usia menengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar