Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah setiap orang diwajibkan memilah sampah yang dihasilkannya sebelum membuangnya di tempat sampah. Maksud dari kewajiban tersebut adalah untuk memudahkan penanganan sampah selanjutnya yaitu untuk mengolahannya menjadi produk-produk daur ulang. Namun kewajiban tersebut saat ini belum diikuti oleh sarana dan aktivitas yang mendukungnya. Ujung-ujungnya sampah akan bercampur lagi ketika diangkut.
Kondisi tersebut kadang-kadang menyulitkan kita untuk mengajak warga memilah sampah di rumah. Kata mereka: Ngapain milah sampah, kalo ujung-ujungnya juga sampah bercampur kembali. Padahal cepat atau lambat gerakan memilah sampah harus menjadi budaya di masyarakat kita. Kita mengetahui bahwa untuk membudayakan itu perlu waktu yang panjang: 5 tahun, atau 10 tahun atau bahkan 50 tahun!
Tengoklah negara tetangga kita, Singapura yang saat ini hijau dan bersih. Untuk membudayakan membuang sampah pada tempatnya saja di sana sudah dimulai sejak saya lahir: 1969. Tak pelak sekarang negara tersebut sangat bersih. Namun apakah sejatinya budaya membuang sampah pada tempatnya sudah mendarah daging?
Ternyata bagi sebagian orang singapura tidak demikian. Ada suatu kejadian, di Batam, pada tahun 90-an, tiba-tiba sebuah hotel hampir terbakar gara-gara puntung rokok. Biang keladinya orang Singapura, yang sedang menghabiskan akhir pekannya di Batam, membuang puntung rokok sembarangan. Pembelajaran dari kejadian ini adalah bahwa membuang sampah pada tempatnya belum mendarah daging walaupun kampanye membuang sampah dilakukan sejak tahun 1969. Butuh waktu yang panjang, bukan?
Apalagi kalau ingin masyarakat kita sampai pada budaya memilah sampah. Budaya memilah sampah adalah satu level lebih tinggi dari membuang sampah pada tempatnya. Tentu saja memerlukan waktu yang panjang, disamping law enforcement yang konsisten. Berapa hitungan tahunnya? Kita tidak dapat menentukannya karena ha itu menyangkut perubahan perilaku dan persepsi masyarakat yang multikultural.
Lantas bagaimana kita membudayakan memilah sampah di masyarakat lingkungan kita ketika infrastrukturnya juga belum siap?
Idealnya sih merubah mindset yang memandang sampah sebagai sesuatu yang tidak berguna menjadi pandangan bahwa sampah adalah sumberdaya dan kalau tidak ditangani maka akan mencemari bumi. Tapi ini juga butuh waktu. Untuk jalan pintasnya kita ajak tetangga atau teman sejawat di kantor yang sudah berpikir green, maksud saya yang sudah peduli lingkungan. Kita ajak belajar menangani dan memilah sampah, misalnya dalam tahap awal adalah plastik-plastik bisa dibuat handycraft. Kemudian setelah terkumpul bagaimana? Sampah-sampah tersebut setelah terpilah dan terkumpul dapat diikutsertakan pada kegiatan Share Your Garbage.
Kegiatan Share Your Garbage pernah dikenalkan oleh USAID, yaitu program mengumpulkan sampah plastik yang dapat dijadikan handycraft seperti tas, dompet, map, dan sebagainya. Pesertanya bersifat voluntary, bisa perorangan, lembaga atau perkantoran. Plastik-plastik yang terkumpul kemudian dikoleksi di Dropping Center. Di dropping center tersebut plastik-plastik dapat diambil secara gratis oleh para pengrajin handycraft berbahan baku plastik kemasan. Pilot project kegiatan semacam ini masih berjalan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Rawasari – Jakarta Pusat. Anda tentu saja dapat mengadopsi kegiatan semacam ini di lingkungan Anda dengan terlebih dahulu mengadaptasikannya dengan lingkungan Anda.
Cara lainnya yaitu dengan melakukan gerakan Bersedekah dengan Sampah. Kita dapat mengajak tetangga dan teman sejawat untuk memilah dan mengumpulkan sampah yang biasa diambil pemulung seperti kertas, karton, botol plastik, logam dan sebagainya. Kegiatan ini biasa saya lakukan di rumah. Sampah-sampah yang terkumpul dalam karung kemudian saya berikan kepada para pemulung yang setiap hari lalu lalang di jalan depan rumah. Saya lebih suka menyedekahkannya daripada menjualnya.
Yuk, tunggu apa lagi?
Kita berlatih memilah sampah mulai sekarang. Nggak usah nunggu infrastrukturnya beres. Kita pilah sampah di rumah dan di kantor mulai sekarang. Kita bikin program Share Your Garbage atau Kita Bersedekah dengan Sampah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar