Gerakan Masyarakat Mendaur Ulang Sampah dan Komposting Menuju Kota yang Bersih dan Hijau
Menjaga lingkungan tetap hijau dan bersih adalah tanggung jawab kita bersama.
Banyak hal dapat dilakukan. Nggak usah mikir yang muluk-muluk, mulai dari yang sederhana saja.
Mulai dari rumah kita, mulai dari diri kita....
Banyak hal dapat dilakukan. Nggak usah mikir yang muluk-muluk, mulai dari yang sederhana saja.
Mulai dari rumah kita, mulai dari diri kita....
Jumat, 11 Juni 2010
Komposting Sistem Windrow Bergulir
Dibandingkan dengan metode Caspary, komposting skala kawasan yang lebih populer saat ini adalah sistem windrow bergulir. Sistem tersebut merupakan modifikasi komposting aerobik sistem windrow yang dilakukan oleh Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, sejak tahun 1990-an. Saat ini sistem windrow bergulir telah diaplikasikan di berbagai kota di Indonesia dan telah ditetapkan oleh World Bank untuk dilaksanakan dalam program Western Java Environmental Management Project (WJEMP) tahun 2004-2006.
Salah satu contoh wilayah yang telah menerapkan sistem tersebut secara menyeluruh adalah Kota Surabaya. Lebih dari 11 lokasi komposting skala kawasan di Kota tersebut menggunakan sistem windrow bergulir.
Pertama-tama, sampah dari berbagai sumber dipilah terlebih dahulu. Kemudian dicacah terlebih dahulu sebelum ditumpuk memanjang (berbentuk trapesium). Dimensi tumpukan tersebut biasanya memiliki lebar 2,5 meter, panjang > 3 meter, dan tingginya hingga 1,5 meter. Tumpukan tersebut dijaga kelembapannya dengan cara disiram kalau terlihat kering.
Proses aerasi dilakukan dengan cara menggulirkan tumpukan tersebut ke petak berikutnya. Petak yang kosong diisi dengan tumpukan baru. Pengguliran tumpukan tersebut dilakukan satu hingga dua kali seminggu. Fase aktif fermentasi aerobik terlihat dengan meningkatnya suhu hingga 70 derajat Celcius selama 2 pekan. Secara perlahan suhu tumpukan menurun hingga mendekati suhu ruang pada pekan keenam atau ketujuh. Itulah fase pematangan.
Setelah matang, kompos dipanen dan diayak. Kompos kasarnya dapat digunakan sebagai mulsa atau dikembalikan ke dalam proses komposting.
Di kota Surabaya, kompos dari sampah kota dipanen segera setelah fase aktif untuk keperluan pemupukan taman kota. Kegiatan komposting di kota tersebut secara signifikan dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA sehingga pengangkutan sampah menjadi lebih efisien dan umur TPA semakin panjang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar