Saat ini, bahan baku utama yang digunakan para produsen POG adalah kotoran hewan (kohe). Penggunaan bahan tersebut dilatar belakangi oleh kebiasaan petani yang selama ini telah menggunakan kotoran hewan sebagai pupuk kandang dan dianggap sebagai pupuk yang baik untuk meningkatkan hasil produksi pertaniannya. Pada sisi lain, kotoran hewan kaya akan mikroba dan bentuknya sudah hancur sehingga mudah untuk didekomposisi. Dengan demikian proses pengomposan kotoran hewan akan lebih cepat dibandingkan dengan bahan organik yang lain.
Mengingat tingginya kebutuhan pupuk organik, selain terbatasnya bahan baku kotoran hewan, maka seharusnya bahan baku pupuk organik kompos atau POG bisa memanfaatkan semua potensi bahan organik yang ada, termasuk sampah kota. Penggunaan sampah kota sebagai bahan baku POG, akan membantu meringankan upaya pengelolaan sampah kota.
Potensi sampah kota untuk dijadikan kompos cukup tinggi. Hasil survai KNLH menyimpulkan bahwa prosentase dari materi yang dapat dikomposkan dari rata-rata sampah perkotaan di Indonesia adalah 70%.
Jumlah timbulan sampah di Indonesia memiliki tendensi meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Pada tahun 2009 penduduk Indonesia mencapai 231 juta jiwa. Kalau diasumsikan produksi timbulan sampah sebesar 2,9 liter per orang per hari, maka per harinya di seluruh Indonesia akan dihasilkan timbulan sampah sebesar 669.900 m3, yang berarti sejumlah 468.930 m3 merupakan sampah organik, atau sampah yang dapat dikomposkan. Dari sampah organik tersebut, kalau dilakukan perhitungan maka produk kompos yang dapat dihasilkan per hari sebesar 117.232,5 m3 (25 % dari sampah organik), yang ekivalen dengan 58.616,25 ton (berat jenis kompos 0,5).
Untuk memanfaatkan sampah kota menjadi kompos sebagai bahan baku POG, terlihat ada keengganan. Ada anggapan bahwa sampah kota tidak baik untuk dijadikan kompos. Padahal, baik tidaknya produk kompos yang dihasilkan tergantung dari proses pembuatan komposnya dan kualitas dari sampah kota itu sendiri. Dari pengalaman lapangan penulis diberbagai daerah seperti di Buleleng dan Kota Probolinggo, produk POG berbahan baku sampah kota kualitasnya tidak kalah dengan POG berbahan baku kohe.
Oleh karena itu,bahan baku pembuatan POG sebaiknya tidak terpaku pada beberapa bahan baku saja, khususnya kotoran hewan yang saat ini dijadikan sebagai bahan baku utama. Potensi seluruh bahan organik yang ada, termasuk sampah kota, seharusnya juga dapat dimanfaatkan. Hendaknya Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengeluarkan kebijakan bahwa sampah kota dapat digunakan sebagai bahan baku POG.
4 komentar:
Sampah memang berlimpah, tinggal bagaimana cara kita untuk memanfaatkannya, agar sampah tidak menumpuk dan menyebabkan berbagai masalah__
Salam sukses pak__!!!
Mudah-muadahan para produsen POG melirik dan memanfaatkan potensi sampah organik perkotaan sebagai bahan baku POG sehingga dapat membantu memecahkan masalah sampah perkotaan...
Bagaimana Pak potensi usaha pembuatan kompos dari sampah kota di Indonesia? Yang di Buleleng dan Probolinggo itu usaha swadaya masyarakat, swasta atau pemerintah?
Komposting sampah kota sekarang sudah menjadi trend di Indonesia. Modelmya antara lain di Kota Probolinggo dan Buleleng. Kompostingnya berskala lingkungan/kawasan. Teknologinya mudah, simple dan tepat guna. Mengenai biaya pembangunan, operasi dan pemeliharaannya ditanggung oleh pemerintah sebagai bentuk pelayanan publik di bidang kebersihan kota. Masyarakat lokal diibatkan dalam pengelolaannya.
Posting Komentar